Yth. Pak Ibnu Subroto dan Kawan-Kawan APLESI
Kalau kita mencoba mengambil beragam KONTEN dan KOMEN yang disajikan oleh kawan-kawan APLESI dan menghidangkannya dengan cara yang lebih INSPIRATIF, Saya berkeyakinan hidangan ini lebih KOMPREHENSIF dibanding buku-buku lele di pasaran (mungkin yang ditulis CUMA oleh “wartawan/pengamat”). Dan hidangan ini (Saya lebih senang menggunakan kata BUDIDAYA LELE dengan TEKNOLOGI ADAPTIF di INDONESIA) akan sangat kontras dengan teknologi tinggi yang dimiliki oleh Belanda, Israel dan negara lainnya.
Teknologi adaptif yang kita miliki sudah TERBUKTI dapat diterapkan pada skala rumah tangga (alih2 oleh perusahaan besar), sederhana (tidak serumit teknologi tinggi milik orang) dan biaya murah (kontras dengan investasi perusahaan yang sangat mahal), yang sama sekali tidak pernah ditemukan pada beragam publikasi internasional yang berkiblat ke Belanda dan Israel (setidaknya pengalaman Saya ketika sharing ke Kenya dan Uganda, dagangan ini cukup membuat mereka terpana (punten, GR.com)). Dan karena ke-adaptif-an tsb, sangat mungkin untuk kita dorong ke pemerintah (atau APLESI dengan inisiatif mandiri) untuk MENDAGANGKAN hidangan ini ke tingkat internasional.
Harapannya, dari budidaya lele (yang cuma ramai di Indonesia, Malaysia dan beberapa negara Eropa) kita bisa go-internasional! Dan kita tidak perlu khawatir negara lain akan mencontek, karena penerapan teknologi adaptif tersebut perlu KETEKUNAN yang luar biasa dan, Saya YAKIN, karena juga kawan-kawan APLESI akan selalu mengembangkan teknologi yang baru yang lebih adaptif!
Sukses selalu!
note: Surat ini sudah dipost pada http://www.facebook.com/groups/aplesi/