Ada tiga syarat utama untuk produk ikan sidat konsumsi: tidak berbau, kulit tipis dan daging empuk. Ketiganya hanya diperoleh bila ikan sidat dibudidayakan dengan cara yang tepat, bukan hanya cara yang baik. Tidak berbau bergantung pada manajemen kualitas air, kulit tipis bergantung pada umur atau waktu pemeliharaan, daging empuk bergantung pada pakan.
Namanya Rudi. Sepuluh tahun lalu, atas permintaan temannya, dia kirim ikan sidat ke Jepang. Ternyata, ditolak. Produk olahannya tidak sesuai dengan lidah orang Jepang. Ketahuan, sidatnya berasal dari tangkapan alam yang memiliki kulit tebal, sedangkan orang Jepang menghendaki ikan sidat hasil budidaya yang memiliki kulit tipis. Alih-alih kapok, dia meminta kawannya dari Jepang untuk mengajari cara budidaya ikan sidat. Usahanya berhasil. Kini, dia bisa menghasilkan ikan sidat dari hasil budidaya. Produk olahan dari ikan sidat tersebut, juga bisa diterima oleh orang Jepang. Dia diminta mengirim ikan sidat sampai 1.000 ton setahun. Sayangnya, dia baru bisa produksi sekitar 10 ton per bulan. Boro-boro untuk dikirim ke Jepang, hasil produksinya sudah habis untuk memenuhi permintaan di dalam negeri.
Tepat di pertemuan sungai Cibeureum dan sungai Cipari. Berjarak 20 menit perjalanan dengan perahu terbuat dari fiberglass yang digerakkan motor dengan penumpang 13 orang. Ada 18 kolam tanah dengan luas 200-300 m² dan kedalaman 1.0-1.5 meter. Di dalam kolam, dipasang beberapa hapa dengan tiang pancang bambu. Ukuran setiap hapa cukup besar, hanya menyisakan ruang 1-2 meter dari pinggir kolam. Di dalam hapa dipasang kincir yang menyala selama 24 jam di musim hujan, atau sekitar 12 jam di musim kemarau. Setiap kolam terhubung dengan pipa 10 inchi, yang juga terhubung ke sungai. Naik turunnya permukaan sungai karena pengaruh pasang surut menyebabkan air di dalam kolam selalu berganti dua kali sehari. Sekitar 20-30 cm air kolam akan berganti mengikuti pasang surut sungai.
Di dalam hapa, dipelihara ikan sidat dengan kepadatan 25 ekor per kubik air bila di dalam hapa dipasang kincir, atau 12 ekor per kubik bila tanpa kincir. Ikan sidat ini adalah jenis Anguilla bicolor bicolor. Benih ukuran 20-30 gram, biasa disebut elver, biasanya sudah mulai dipelihara di dalam hapa. Elver ini berasal dari pemeliharaan glass eel. Elver 20-30 gram yang berasal dari penangkapan dari alam tidak digunakan karena nantinya variasi ukuran akan lebih besar. Perlu waktu pemeliharaan 8-10 bulan untuk menghasilkan ikan sidat konsumsi ukuran 250-300 gram per ekor. Panen parsial biasanya perlu dilakukan karena pertumbuhan ikan sidat tidak merata. Panen pertama dilakukan setelah pemeliharaan tiga-empat bulan, panen kedua dilakukan setelah penambahan waktu pemeliharaan tiga-empat bulan dan panen ketiga biasanya setelah penambahan waktu pemeliharaan dua bulan. Selama pemeliharaan, ikan sidat diberi pakan buatan. Pakan ini dibuat seperti pasta yang cukup kenyal. Pakan dari pabrik yang berbentuk tepung dicampur dengan air kemudian diaduk-aduk sampai berbentuk pasta tadi. Dua-tiga kali per hari, ikan sidat diberi pakan yang ditempatkan dalam wadah khusus di tengah kolam. Jumlah pakan yang diberikan setiap hari dicatat untuk memperhitungkan konversi pakan. Ketika makan, ikan sidat saling bergulung di dalam wadah tersebut. Karena wadah disimpan di permukaan kolam, ikan sidat yang sedang makan bisa menjadi tontonan, sekaligus dapat dipantau keragaman ukurannya. Pemantauan ukuran juga dilakukan dengan melakukan sampling pertumbuhan setiap bulan. Selain sampling pertumbuhan, juga dilakukan pengukuran suhu, salinitas, oksigen terlarut dan pH air di dalam kolam yang dilakukan setiap hari. Dengan pemeliharaan seperti ini, setiap hapa bisa menghasilkan sekitar 700 – 1000 kg ikan sidat ukuran konsumsi.
Jumlah yang dihasilkan tersebut, tentunya, masih belum bisa memenuhi kuota produksi yang diharapkan pasar. Rudi menginisiasi pembentukan kelompok pembudidaya yang khusus melakukan budidaya ikan sidat. Kelompok ini kemudian mendirikan koperasi. Koperasi yang ini mengatur jadwal pemeliharaan ikan sidat, penyediaan pakan dan menampung ikan sidat hasil produksi anggotanya. Untuk meningkatkan produksi, Koperasi ini melakukan pelatihan. Latihan budidaya ikan sidat dilakukan untuk mencari dan memperluas mitra, ketika sementara orang melakukannya untuk “sekedar bisnis” yang dapat berujung pada “penipuan”. Rudi sebagai pembina di Koperasi Mina Sidat Bersatu, yang menyelenggarakan pelatihan budidaya ikan sidat dengan tujuan mencari mitra. Biaya pelatihannya hanya satu juta rupiah, untuk penginapan, makan, materi dan, yang penting, bimbingan pasca pelatihan. Peserta pelatihan bisa melihat dan praktek budidaya sidat di tempat/farm budidaya yang sudah melakukan produksi nyata dengan skala industri, bukan di tempat demo. Peserta latihan yang berminat menjadi mitra, akan diikat dengan perjanjian: melakukan prosedur pemeliharaan yang diberikan, membeli pakan dan benih dari koperasi dan hasilnya akan dibeli oleh koperasi. Pemilihan lokasi budidaya dan instalasi prasarana akan dibantu oleh koperasi.