Hasil penelitian menunjukkan kematian lele pada tahap pendederan pertama (dua minggu pertama pemeliharaan) lebih banyak disebabkan oleh kanibalisme daripada penyebab kematian lainnya (Adamek et al., 2011). Selain itu, kondisi gelap memberikan pengaruh yg signifikan terhadap peningkatan survival dan menekan kanibalisme. Publikasi tsb meneliti variasi umur/size induk dan photoperiod, tapi lebih ditekankan pd aspek kanibalisme bukan hanya kematian secara umum. Kondisi riset di indoor dan tentu terkontrol. Pakan diberikan sekenyangnya 6x per hari: 3-4 hari pertama pakai artemia, selanjutnya pakai pakan buatan. Sehingga, KEMUNGKINAN kanibalisme bukan hanya sekedar “kelaparan”. Pakan buatan pada riset ini size 0.2 mm. Kepadatan penebaran 100 ekor per liter. Ikan mati pd riset ini diambil setiap pagi dan sore sehingga bisa dipisahkan dari kehilangan/kematian larva akibat kanibalisme
Tantangan kita adalah bagaimana menekan kanibalisme pada sistem outdoor di masyarakat. Atau setidaknya, kita belajar memahami bahwa kehilangan larva bukan sekedar kematian biasa tapi lebih karena kanibalisme. Diskusi mengenai hal ini sudah dilakukan di facebook.
Beberapa ide, saran dan pengalaman aplikasi di lapangan yang terkait dengan hal ini diantaranya:
– Menggunakan media air yang lebih gelap. Pada kondisi outdoor, bisa dilakukan dengan menghijaukan air (mendorong pertumbuhan plankton)
– Penebaran larva yang tidak terlampau padat. Sayangnya, belum ada data pendukung untuk hal ini. Sebagai perbandingan, riset diatas menggunakan kepadatan 100 ekor/Liter yang setara dengan 1.000 ekor/m2. Meskipun ada juga pengalaman, padat tebar hingga 5.000 – 6.000 ekor/m2 pada kondisi kolam outdoor.
– Frekuensi pemberian pakan yang ditingkatkan. Sebagai perbandingan, pada riset diatas pakan diberikan 6x per hari. Bila pakan yang diberikan berupa cacing cacah atau pakan buatan, nampaknya frekuensi perlu ditingkatkan. Ada indikasi, larva lebih cenderung menyerang kawannya pada kondisi lapar. Akibat luka serangan (ini harus dibuktikan secara mikrovisual), larva menjadi lemah sehingga peluang untuk kematian atau diserang kembali menjadi lebih besar.
– Menjaga temperatur dan kualitas air lainnya tetap stabil untuk menekan terjadinya stress pada larva.
– Pemeliharaan pada populasi total yang lebih kecil (wadah lebih kecil) meskipun dengan padat tebar yang sama. Perilaku larva cenderung menumpuk pada beberapa area kolam sehingga pada area tersebut kepadatan menjadi meningkat sementara pada area lain kosong. Pemeliharaan dengan populasi total lebih rendah diharapkan bisa menghindari terjadinya kondisi tersebut.
– Kedalaman air diduga berpengaruh terhadap kanibalisme. Pengalaman lapangan tinggi air 40-45 cm sudah memberikan hasil yang bagus. Pada riset ini, kedalaman air sekitar 25 cm. Kedalaman air juga dapat membantu mengurangi belanja energi akibat aktifitas berenang naik-turun ketika fase pembentukan organ pernapasan tambahan. Namun perlu diperhatikan, kedalaman air yang lebih rendah dapat menyebabkan terjadinya fluktuasi temperatur yang lebih tinggi pada kondisi kolam outdoor.
– Perlu dicoba untuk penambahan unsur Fe pada pakan. Unsur Fe akan meningkatkan kadar Hb dalam darah sehingga pengikatan oksigen menjadi lebih tinggi. Kondisi ini bisa menurunkan tingkat kanibalisme pada larva udang.
– Perlu juga dicoba lebih lanjut penggunaan buah mengkudu untuk mengurangi tingkat kanibalisme.
Terima kasih kepada kawan-kawan yang sudah memberikan ide/saran/pengalaman. Adi Sadewa, Lele Sangkuriang Cikampek, Progo Farm, Faharizi Faf, Yoes Padjadjaran Putra, Akhmad Fairus Mai Soni, D’Patil Farm, Bennie Suterisno dan para komentator lain.
Selamat mencoba menerapkan dan mudah-mudahan sukses.