Nama lele sukhoi mengemuka nyaris seiring dg munculnya ikan lele Sangkuriang2. Kasus ini mengingatkan pada nama lele phyton yg sempat populer bersamaan dengan penyebaran lele Sangkuriang (tahun 2004). Kedua lele sukhoi dan phyton terentang jarak nyaris 10 tahun, namun menyajikan kemiripan kasus: “klaim dan besarkan nama meski produk punya orang”.
Bukti ketelusuran yg pernah dikonfirmasi dan dimunculkan di media sosial menunjukkan asal usul lele Sukhoi adalah lele Sangkuriang. Historinya adalah berikut: Larva calon induk lele Sangkuriang dari BBPBAT dilengkapi dengan Surat Keterangan Asal (SKA) dikirim ke instansi pemerintah yg lain. Strategi ini telah disepakati di Jejaring Pemuliaan Induk Ikan Lele. Namun kemudian, ada sebagian larva/benih tersebut yg kemudian pindah tangan ke pihak swasta. Proses produksi terus dilakukan sampai mencapai ukuran induk atau calon induk. Nyaris bersamaan dengan ketika produk tersebut sudah siap jual, nama lele Sangkuriang2 muncul. Lele Sangkuriang2 ini sudah melalui proses produksi yg cukup panjang dengan data yg dapat dipertanggungjawabkan sehingga dinyatakan layak untuk dibudidayakan seiring dengan keunggulan yg dimilikinya. Sempat beredar kabar adanya ketersediaan induk lele Sangkuriang2 yg dihubungkan dengan produk hasil pembesaran oleh pihak swasta diatas. Mungkin menghindari polemik lebih lanjut, akhirnya lele calon induk hasil pembesaran oleh pihak swasta tersebut diberi nama dan dikenal sebagai lele Sukhoi. Kalo SKAnya jelas disebut lele Sangkuriang tapi dijual dengan nama lele Sukhoi, apa artinya? Karena tidak punya produk sendiri, sangat beralasan juga bila pada kenyataannya saat ini, stok lele sukhoi saat ini cuma tinggal dipakai sendiri alias sudah tidak ada stok yg bisa diperdagangkan.
Produk yg didagangkan/diklaim sebagai lele sukhoi hanya berupa induk betina lele tapi kebanyakan dijual dengan pasangannya jantan lele masamo. Tentang performa benih-pembesaran hasil pasangan ini dan lele masamo itu sendiri tidak akan ditulis disini. Hasil pasangan itu pasti terpengaruh masamo sedangkan masamo sendiri merupakan produk dengan pemilik yg jelas. Baik atau buruk performanya, tidak cukup etis untuk dibuka di publik. Lebih fair untuk dikomunikasikan langsung ke pemiliknya.
Terkait dengan lele sukhoi ini, Saya sudah memberi saran (dan akan membantu) ke pihak swasta untuk melakukan proses produksi induk sendiri, termasuk pasangan jantannya. Dengan cara ini, pihak swasta tidak harus mengklaim nama lele sukhoi untuk lele sangkuriang. Saya menyarankan demikian untuk menghindari kasus lele phyton terulang kembali dan sebagai bentuk dukungan pribadi terhadap kemajuan budidaya lele di tanah air.
update:
foto diambil dari laporan distribusi calon induk ikan lele Sangkuriang pada pertemuan Jejaring Pemuliaan Ikan Lele di Sukabumi pada 17102014 dengan edit zooming seperlunya.
1 thought on “Lele Sukhoi: jualan nama tanpa produk”
Comments are closed.