Surat Terbuka buat APLESI (4)

kata kang Jaja Jamaludin: apakah yg menjadi basis filosofis serta keuntungan pragmatis dari strain Lele paku Jajar? Mungkin lebih baik saya komen disini, mudah2an ada yg mau sharing dan berdiskusi (harapan buat pak Ibnu Subroto, gan Maylana Diyan, pak Tri Sang Prabu dkk)

untuk membuat strain baru dan mempertahankan kualitasnya agar tetap unggul adalah pekerjaan rumit, perlu komitmen dan konsistensi, dukungan fasilitas,biaya dan SDM, dan pemahaman ilmu genetik! Khusus utk lele, kiblat penerapan ilmu genetik utk kedua hal diatas belum begitu jelas (boleh dikata belum ada). Yang sudah ada buktinya kebanyakan pada salmon, nila dan vanamei; yang kita tahu perilaku dan biologinya berbeda dengan lele. Sejauh pemahaman saya, kitab genetika ikan dan beragam publikasi luar negeri dari Douglass Tave, Gjerde, Falcorner dll tidak bisa diterapkan secara langsung di lele, tidak seperti pada, misalnya pada nila.

Karena itu, bila kita berhasil:
– kita bisa bangga bahwa anak negeri bisa mengadopsi dan menerapkan ilmu yang ada pada komoditas berbeda (tidak usah import),
– kita bisa membantu saudara2 kita petani modal pas2an dengan penyediaan induk yg berkualitas,
– kita bisa menjadi kiblat bagi pengembangan lele dalam skala global; kita punya produk (induk), kita punya teknologi (adaptive tech) yang diterapkan pada skala rumah tangga, kita punya pasar (beragam produk olahan + pecel lele),

Tinggal bagaimana:
– kita mau duduk bersama membangun konsep dan sharing pengetahuan (jalan yg sangat baik adalah adanya Jaringan Pemuliaan Ikan Lele dan mudah2an melalui wall APLESI),
– kita mau komit (istiqomah) dan konsisten (istimror) pd pelaksanaan konsep tersebut, baik secara kebijakan maupun penerapan di lapangan,
– kita mau bersabar menunggu hasil (untuk satu produk stabil perlu 3-4 generasi setara 4-5 tahun)

1 thought on “Surat Terbuka buat APLESI (4)

  1. info dari yg punya gawean, #LelePakujajar diHARAPkan memiliki:

    – pertumbuhan yang tinggi; pendekatan yg dilakukan adalah melalui “selective breeding” (cerita ini, katanya, cukup panjang),
    – keseragaman ukuran yg tinggi; dg keseragaman ting
    gi diharapkan kanibalisme menurun. Mengingat belum ada info valid mengenai penyebab kanibalisme secara genetik sehingga pendekatan genetik tidak dilakukan untuk penurunan masalah tsb. Karena yang diharapkan adalah keseragaman, seleksi tidak melulu berdasarkan “the best 10%” atau “5%” (seperti dalam bukunya Douglass Tave). Bila itu yang dilakukan kemungkinan utk “rangsol” semakin tinggi.
    – adaptasi lingkungan yang lebar; berdasarkan pendekatan interaksi genotif x lingkungan
    – ketahanan terhadap penyakit, khususnya Aeromonas; dicari ikan yang memiliki karakter tahan terhadap Aeromonas,
    – mungkin ditambah “tunggal-kelamin” atau bahkan “steril” pd tingkat anakan, untuk menghindari adanya produksi induk yg tidak terkontrol yg mungkin dilakukan oleh opportunis atau karena ketidak-tahuan,

    untuk harapan tersebut, material genetik dikumpulkan dari beberapa strain lele yang diketahui secara jelas asal-usulnya sebagai “pure/introduce line” dan dapat diverifikasi. Dengan itupun, masih ditambah konfirmasi menggunakan tool PCR (seperti membedakan korban Sukhoi). Sayangnya, lele masamo belum bisa diikut-sertakan sebagai salah satu material genetik karena, kata yg punya gawean, belum ada konfirmasi dari pihak produsen!

    Pekerjaannya sendiri melibatkan berbagai pihak dengan protokol yang dibahas bersama tim ahli yang melibatkan setidaknya 5 perguruan tinggi dan lembaga litbang. Sementara pembiayaan, rereongan antar lembaga termasuk kemenristek!

    Komentar pada wall APLESI
    Jaja Jamaludin ckckckckck…. luaaaaarrrrr biaaassaaaa…ini pekerjaaan….. MAHA BESAR..dan MAHA MULYA….. mohon perkenan Kang Juragan Indoor saya urun diskusi,….. sebagai awam, saya mencatat paling tidak ada 3 pokok masalah yang ada dalam pekerjaan PAKUJAJAR project (PJP).

    1. ttg Penciptaan strain Lele yang unggul SEKALIGUS sebagai Kiblat Genetis (pure scientific project)
    2. paku jajar sebagai faktor determinan nasionalisme perikanan (konsekuensi logis) -nya sejatinya visi mengembalikan KEJAYAAN PERIKANAN NASIONAL (sebagai mana jargon KKP) bisa menggunakan PAKUJAJAR sebagai faktor determinannya. Dalam pokok kedua (ke-2) ini sejatinya terbangun (semacam) visi nasionalisme perikanan.
    3. project PJP sangat kuat menyimpan komitmen pemberdayaan ekonomi komunitas pembudidaya di akar rumput (baca : petani kecil)..yg dalam konsep ketahanan ekonomi nasional terbukti sebagai pilar yg kokoh….

Leave a Reply