Adalah hasil kerja selama empat tahun (2000-2004) yang kemudian diberi nama lele Sangkuriang. Nama yang dihasilkan dari kesepakatan antar tim pemulianya dengan tim penilai pelepasan. Dengan performa pertumbuhan yang unggul, lele Sangkuriang akhirnya menyebar ke seluruh pelosok nusantara. Tentu, hanya barang bagus yang akan dipalsu sehingga banyak juga lele Sangkuriang palsu. Juga, ada yang ikut numpang beken dengan mengklaim bahwa lele Sangkuriang adalah hasil jerih payahnya!
Mungkin ada yang tidak mengetahui bahwa sesungguhnya lele Sangkuriang merupakan hasil kerja keras dan konsisten sebuah tim di lembaga pemerintah, BBAT Sukabumi (sekarang BBPBAT Sukabumi). Pada perjalanannya, lele Sangkuriang telah melalui beragam uji coba sebelum disebar ke masyarakat. Pada uji coba tersebut diantaranya adalah uji lapang di tingkat pembudidaya di beberapa tempat di Pulau Jawa (Tahun 2003); abah Nasrudin Gadog, yang kemudian dikenal pendekar lele Sangkuriang, hanyalah salah satu tempat uji coba lele Sangkuriang hasil BBPBAT. Validasi hasil serangkaian uji coba kemudian dilakukan penilaian oleh Tim Penilaian Pelepasan Varietas Departemen Kelautan dan Perikanan (25 Mei 2004) sebelum akhirnya dilepas secara resmi dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Nomor 26/MEN/2004 Tanggal 21 Juli 2004). Juga, pada tahun pertama pelepasannya, lele Sangkuriang kurang mendapat respon dari masyarakat sehingga dibagikan secara gratis ke berbagai daerah (hingga Maret 2005 lebih dari 1.000 ekor induk telah didiseminasikan kepada Balai benih milik Dinas propinsi/kabupaten ataupun unit pembenihan rakyat). Tentu saja, para pembudidaya yang sebelumnya jadi tempat uji coba, menjadi penerima pertama lele Sangkuriang, termasuk abah Nasrudin.
Yang juga perlu diketahui adalah bahwa mempertahankan kualitas lele Sangkuriang masih terus dilakukan sejalan dengan upaya untuk meningkatkan kualitas itu sendiri. Suatu pusat induk lele nasional (broodstock center) berbasis jaringan antar lembaga pemerintah (mudah-mudahan akan juga bergabung para swasta/stake holder) sudah disepakati untuk kepentingan mempertahankan dan meningkatkan kualitas tersebut dengan didampingi para ahli yang kompeten. Pertemuan pusat induk tersebut sudah menyepakati suatu road map disertai dengan protokol untuk upaya diatas. Pada dasarnya upaya mempertahankan kualitas lele Sangkuriang tidak sulit namun complicated, demikian pula upaya meningkatkan kualitas. Secara sederhana, upaya mempertahankan dan meningkatkan kualitas lele Sangkuriang dimaksudkan agar lele Sangkuriang punya tempat untuk kembali. Jika karena banyaknya pemalsuan di masyarakat ataupun terjadi penurunan kualitas (ingat kasus lele dumbo) sehingga tidak ekonomis lagi sebagai suatu usaha, maka masyarakat bisa datang ke BBPBAT untuk mendapatkan lele Sangkuriang yang asli dan terjaga kualitasnya. Jika ada orang yang mengaku sebagai penemu dan pemberi nama lele Sangkuriang maka siapapun dapat membuktikan keaslian dan klaim tersebut dengan membandingkan bagaimana proses produksi dan tim yang bekerja untuk lele Sangkuriang di BBPBAT Sukabumi. Dan jika saatnya tiba upaya mempertahankan kualitas sampai pada batasnya atau bahkan sebelum batas itu mendekati maka tim BBPBAT, ataupun tim lainnya di instansi lain, akan meluncurkan generasi penerus lele Sangkuriang dengan performa yang lebih bagus lagi, apapun namanya nanti.
(Tulisan ini tidak untuk mendiskreditkan pihak manapun tapi semata didedikasikan untuk tim Lele Sangkuriang BBPBAT Sukabumi yang telah dan terus bekerja untuk lele Sangkuriang: semoga orang lain sadar dan menghargai pekerjaan kita)
juragan@E72.otw