Belitung: ‘Melaskarkan’ Akuakultur

tingkat konsumsi ikan masyarakat belitung termasuk tinggi, diatas rata-rata nasional. sejauh ini, suplai ikan sebagian besar berasal hasil tangkapan laut. sejalan dengan menurunnya hasil tangkapan, suplai ikan semakin terbatas. di sisi lain, potensi perikanan budidaya sangat terbuka. pemanfaatan lahan bekas galian tambang timah (kolong) adalah salah satunya.

belitung, telah lama dikenal sebagai pulau penghasil timah. sejarah eksploitasinya telah mulai sejak zaman penjajahan belanda berlanjut setelah kemerdekaan hingga rontoknya harga timah pada awal 90an. namun demikian, aktifitas penambangan terus berlanjut dengan tambang inkonvensional yang kemudian menghasilkan tempat genangan air (kolong) sebagai akibat reklamasi lahan yang tidak dilakukan atau tidak sempurna. pada beberapa tempat, air kolong bersifat terusan sedangan pada kebanyakan merupakan air kolong terisolir, terputus dari satu kolong ke kolang lainnya dan hanya menampung air limpasan hujan.

berkait dengan kebiasaan mengkonsumsi ikan yang tinggi di satu sisi dan penurunan suplai ikan di sisi lainnya, perlu dicari alternatif sumber ikan bagi masyarakat. menambah armada untuk perikanan tangkap dengan perluasan zona penagkapan nampaknya suatu hal yang sulit dilakukan mengingat telah terjadinya penurunan stok ikan laut secara global, baik akibat eksploitasi yang tidak terkendali maupun kemungkinan perubahan iklim. yang lebih mengkhawatirkan adalah adanya kemungkinan eksploitasi timah dari laut yang hampir dapat dipastikan akan merusak lingkungan perairan laut. dampaknya sudah dapat dipastikan, semakin menurunnya stok ikan di perairan sekitar belitung.

mencoba mencari alternatif sumber ikan dengan berpaling pada budidaya adalah suatu hal yang sangat logis. pemanfaatan kolong sebagai wadah budidaya merupakan potensi yang layak dieksplorasi. menggunakan kolong sebagai kolam bersama (ikan ditanam dan dibiarkan hingga kemudian dipanen untuk suatu jangka waktu yang relatif lama), kolam budidaya baik ekstensif atau intensif, sumber air untuk kolam terpisah ataupun digunakan dengan sistem keramba, adalah beberapa pilihan yang mungkin dilakukan. tentu, perlu pemahaman bersama, termasuk pembekalan pengetahuan teknik budidaya, untuk memanfaatkan kolong secara optimal untuk budidaya ikan. namun, mengingat banyaknya kolong yang ‘terlantar’, nampaknya sangat logis untuk dimanfaatkan sebagai lahan budidaya ikan.

bagaimanapun, pemanfaatan kolong untuk budidaya ikan harus mempertimbangkan berbagai aspek: keamanan pangan, teknis budidaya, ekonomis dan sosial. perlu penelitian yang komprehensif untuk mengetahui sejauh mana tingkat keamanan pangan ikan yang dipelihara mengingat tanah belitung mengandung berbagai bahan logam, bukan hanya timah. seberapa jauh kemungkinan terjadinya akumulasi bahan berbahaya, jika ada, pada tubuh ikan yang dapat membahayakan tubuh manusia. bila hal ini terbukti aman, teknis budidaya yang optimal yang disesuaikan dengan komoditas yang tepat dapat diterapkan. hal paling awal yang dapat dilakukan adalah dengan penebaran berbagai ikan budidaya di kolong sehingga dapat diketahui kolong yang dapat digunakan ataupun tidak. selanjutnya adalah memperhitungkan tingkat produksi yang dapat dilakukan dengan memperhitungkan aspek keuntungan secara ekonomi maupun kelangsungannya. dan yang terakhir adalah ‘melaskarkan’ akuakultur sebagai aktifitas yang dapat memberikan dampak sosial yang positif bagi perkembangan masyarakat belitung.

acknowledgment:
terima kasih kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur yang sudah memberi kesempatan kepada Saya untuk berkunjung, bersilaturahim dan sumbang pikiran bagi akuakultur Belitung melalui Pelatihan Budidaya Ikan 25-26 November 2008.

pembukaan acara Pelatihan Budidaya Ikan di Kabupaten Belitung Timur oleh Bapak Bupati Kabupaten Belitung Timur

peserta Pelatihan Budidaya Ikan di Kabupaten Belitung Timur bersama Para Instruktur

juragan@9300i

Leave a Reply