gangguan sistem endokrin pada spermiasisendocrine disrupter on spermiasis

Beberapa substansi kimiawi yang terdeteksi berada di lingkungan perairan dapat berpengaruh terhadap sistem endokrin organisme. Substansi yang dapat menggangu sistem endokrin (EDS, endocrine disrupting substance) tersebut diantaranya estrogen alami (17b-estradiol dan estron) dan estrogen sintetis (17a-ethynil estradiol) (Kavanagh, et al., 2004). Gangguan sistem endokrin yang dapat terjadi adalah adanya mekanisme “feminisasi” pada ikan jantan yaitu perubahan pada perkembangan duktus gonad, baik pembentukan rongga ovari seperti betina dan/atau keberadaan sel germ jantan dan betina pada gonad yang sama, peningkatan konsentrasi vitellogenin, perubahan pada perkembangan ginjal, gangguan fungsi imun dan menyebabkan kerusakan genotoksik (Liney, et al., 2005).

Adanya phenomena tersebut disinyalir akibat degradasi yang tidak lengkap pada sistem instalasi pengolahan air limbah, seperti yang dilaporkan terjadi di sungai-sungai di Eropa, Jepang dan Amerika (Liney, et al., 2005). Pengaruh substansi estrogenik teramati pada beberapa ikan liar yang mengalami perkembangan interseks yang tidak biasa seperti pada ikan roach (Rutilus rutilus), gudgeon (Gobio gobio), barbel (Barbus plebejus), shovelnose sturgeon (Scaphirhynchus platyorynchus), European flounder (Platichthyes flesus) dan Japanese flounders (Pleuronectes yokohamae) (Jobling, et al., 2002).

Menurut Sumpter dan Johnson (2005), 17b-estradiol (E2) dan 17a-ethynil estradiol (EE2) merupakan dua substansi yang paling poten yang dapat menyebabkan gangguan sistem endokrin. Potensi nyata EE2 dapat mencapai 20 kali lipat dibandingkan E2. Pada konsentrasi nanogram per mililiter EE2 telah dapat berpengaruh terhadap ikan. Penelitian di Belanda menunjukkan EE2 ditemukan pada konsentrasi <0.3 – 5.9 ng/L di limbah perkotaan dan <0.3 – 3.9 ng/L di limbah industri. Ekspose ikan rainbow (Oncorhynchus mykiss) jantan dewasa pada limbah perkotaan tersebut selama 12 – 17 hari telah menyebabkan adanya peningkatan konsentrasi vitellogenin plasma darah (Vethaak, et al., 2005).  Sedangkan pada ikan zebrafish (Danio rerio), ekspose ikan sejak fertilisasi hingga mencapai tahap reproduksi (umur 118 hari) pada EE2 3 ng/L dapat menyebabkan 100% individu menjadi betina (Fenske, et al., 2005).

Di Indonesia, sejauh ini belum ditemukan adanya laporan mengenai pengaruh limbah perkotaan terhadap gangguan endokrin pada ikan liar yang hidup di perairan umum. Potensi adanya gangguan tersebut akan lebih besar di sungai-sungai yang menerima limbah industri yang sangat tinggi, seperti Sungai Citarum, Jawa Barat. Secara laboratoris, potensi gangguan tersebut dapat diamati dengan ekspose ikan-ikan liar, misalnya ikan nilem, pada substansi yang mungkin dapat ditemukan di perairan umum, salah satunya ethynil estradiol.

Dari hasil pengamatan kepadatan sperma ikan nilem pada beberapa perlakuan injeksi EE2 belum dapat diindikasikan adanya perubahan kemampuan spermiasis ikan nilem. Hal ini diduga akibat terlalu pendeknya selang waktu injeksi dengan pengamatan spermiasis. Selain itu, sensitifitas terhadap estrogen juga bersifat spesifik-spesies (Vethaak, et al., 2005) sehingga dapat terjadi EE2 tidak berpengaruh terhadap ikan nilem. Kondisi seperti itu dilaporkan pada ikan roach yang sebelumnya tidak terekspose limbah kemudian setelah dewasa diekspose pada limbah dan ternyata tidak teramati adanya gangguan pada duktus reproduksinya (Liney, et al., 2005). Namun, perubahan mungkin terjadi bila dapat diamati pada level vitellogenin plasma darah seperti yang teramati pada ikan rainbow trout yang diekspose limbah pada selang waktu yang relatif pendek (selama 12 – 17 hari) dimana konsentrasi vitellogeninnya meningkat hampir dua kali lipat (Vethaak, et al., 2005).

baca tulisan lain tentang gangguan endokrin http://indoorcommunity.wordpress.com/2007/07/21/gangguan-endokrin-pada-lingkungan-akuatik/

Referensi

Kavanagh, 2004. Endocrine Disruption and Altered Gonadal Development in White Perch (Morone americana) from the Lower Great Lakes Region. Environmental Health Perspectives, 112(8):898-902

Liney, 2005. Assessing the Sensitivity of Different Life Stages for Sexual Disruption in Roach (Rutilus rutilus) Exposed to Effluents from Wastewater Treatment Works. Environmental Health Perspectives, 113(10):1299-1307

Jobling, 2002. Wild Intersex Roach (Rutilus rutilus) Have Reduced Fertility. Biology of Reproduction, 67:515-524.

Sumpter, 2005. Lessons from endocrine disruption and their Application to other issues concerning trace organics in the aquatic environment. Environmental Science & Technology, 39(12):4321-4332.

Fenske, 2005. An environmentally relevant concentration of estrogen induces arrest of male gonad development in zebrafish, Danio rerio. Environmental Toxicology and Chemistry, 24(5):1088-1098.

Vethaak, 2005. An integrated assessment of estrogenic contamination and biological effects in the aquatic environment of The Netherlands. Chemosphere, 59:511-524.

“Permintaan referensi harap disebutkan auhor dan judulnya secara spesifik”

Leave a Reply